Manajemen Pendidikan Inklusi
REVIEW JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI (SDN 1 Sangkawana) Lombok Tengah
Sumber (https://media.neliti.com/media/publications/316447-penerapan-program-pendidikan-inklusi-di-a2a55813.pdf)
Nama: Rini Yuliani
Prodi: PGSD
Semester: 4
Penerapan sekolah inklusi di Indonesia pada umumnya merupakan implementasi dari peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009 yang memiliki tujuan seperti tertera pada pasal 2 yang berbunyi
“(1) memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; (2) mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik."
Adapun yang tergolong menjadi anak Inklusi atau anak berkebutuhan khusus bukan hanya siswa yang memiliki keistimewaan baik fisik ataupun mental tetapi termasuk anak yang memiliki kesulitan belajar, lamban belajar, ataupun kekhasan
Tahap penerapan
Penerapan program sekolah baik sekolah reguler ataupun sekolah inklusif harus di dukung oleh berbagai aspek sebagai prasyarat penyelenggaraan pendidikan; di antaranya: kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, dan sarana prasarana.
Kurikulum
Pada dasarnya seluruh sekolah di Indonesia dari mulai SD sampai SMA/sederajat menggunakan kurikulum 2013. Tidak terkecuali, baik negeri ataupun swasta harus mengacu pada kurikulum 2013. Begitu pula pada SDN 1 Sangkawana di mana kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013.
Keterangan: Hitam untuk siswa regular dan merah untuk siswa berkebutuhan khusus. Untuk mengukur suatu keberhasilan pendidikan, tentunya harus ada evaluasi. Hasil observasi menegaskan bahwa evaluasi yang dilakukan di SDN 1 Sangkawana terbagi menjadi tiga; yaitu: ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Dalam menentukan dan mengukur kemampuan peserta didik sekolah menentukan kriteria ketuntasan minimum KKM, dan yang harus digaris bawahi adalah keberadaan anak berkebutuhan khusus dalam sebuah kelas yang reguler.
Tenaga Pendidik
Peran seorang guru menjadi figure terdepan dalam menentukan keberhasilan penerapan program inklusi disekolah. Dalam hal guru harus dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat mengelola kelas dengan baik mengingat komposisi kelas yang lebih bervariasi dengan adanya anak yang berkebutuhan khusus.
Guru yang di tunjuk baik sebagai koordinator ataupun sebagai pelaksana diberikan bekal agar dapat mengelola kelas dengan baik dan dapat memfasilitasi siswa dalam belajar baik itu siswa yang reguler ataupun siswa yang berkebutuhan khusus.
Sarana dan Prasarana
serta sarana prasarana untuk anak berkebutuhan khusus. Dalam hal ini sekolah masih memiliki keterbatasan dalam pengadaan elemen tersebut. Untuk alat dan media pembelajaran pun guru masih menyiapkan secara sederhana dan digunakan bersama-sama baik untuk siswa berkebutuhan khusus ataupun untuk siswa reguler.
Kendala dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi
Berbagai kendala yang dihadapi SDN 1 Sangkawana dalam upaya penerapan programpendidikan Inklusi. Latar belakang sekolah yang merupakan sekolah reguler pada umumnya dalam artian bukan sekolah luar biasa menjadikan SDN 1 Sangkawana menghadapi beberapa kendala. Berbagai kendala yang dihadapi SDN 1 Sangkawana dalam menyelenggarakan program pendidikan inklusi seperti: lingkungan sekolah masih belum ramah difabel, tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung penyelenggaraan sekolah inklusi, pendidik dan tenaga kependidikan yang masih terbatas pemahamannya dalam penerapan program pendidikan Inklusi, media dan alat pembelajaran yang sangat terbatas terutama media untuk anak berkebutuhan khusus (bisa di bilang tidak ada media dan alat pembelajaran khusus untuk anak inklusi), belum terbentuknya jaringan atau kemitraan dengan pihak yang lebih profesional dalam pendidikan Inklusi dalam hal ini bisa psikolog, SLB, atau pihak-pihak yang lebih ahli dalam bidang pendidikan Inklusi, dan kurangnya perhatian dinas dan pemerintah terkait dalam upaya penerapan program pendidikan inklusi.
Jadi pada penerapan program pendidikan inklusi di SDN 1 Sangkawana ini, merupakan bagian dari program KEMENDIKBUD yang bekerja sama dengan pemerintah Australia memalui program inovasi. Adapun penerapan program tersebut melalui beberapa tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap penerapan. Tahap persiapan sekolah berfokus pada penyesuaian program antara program Kemendikbud tentang pendidikan inklusi, program Inovasi dan kesiapan sekolah.
Pada tahap penerapan sekolah menyentuh 3 aspek; yaitu: kurikulum, tenaga pendidik, dan sarana prasarana. Pada aspek kurikulum sekolah menggunakan kurikulum 2013 akan tetapi dilakukan sedikit penyesuaian agar dapat di terapkan baik pada siswa yang tergolong ABK ataupun siswa reguler dan melayani siswa yang berkebutuhan khusus tanpa mengesampingkan siswa reguler.
Komentar
Posting Komentar