pro dan kontra pendidikan inklusif

Pro dan kontra pendidikan inklusif
Meskipun pendidikan inklusif telah diakui di seluruh dunia sebagai salah satu uapaya mempercepat pemenuhan hak pendidikan bagi setiap anak, namun perkembangan pendidikan inklusif mengalami kemajuan yang berbeda-beda di setiap negara. Sebagai inovasi baru, pro dan kontra pendidikan inklusif masih terjadi dengan alasan masing-masing. Sebagai negara yang ikut dalam berbagai konvensi dunia, Indonesia harus merespon secara proaktif terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan inklusif. Salah satunya adalah dengan cara memahami secara kritis tentang pro dan kontra pendidikan inklusif.

a. Pro Pendidikan Inklusif
  1. Belum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus.
  2. Beaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal dibanding dengan dengan sekolah regular.
  3. Banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah di SLB karena jauh dan/atau biaya yang tidak terjangkau.
  4. SLB (terutama yang berasrama) merupakan sekolah yang memisahkan anak dari kehidupan sosial yang nyata. Sedangkan sekolah inklusif lebih ‘menyatukan’ anak dengan kehidupan nyata.
  5. Banyak bukti di sekolah reguler terdapat anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan layanan yang sesuai.
  6. Penyelenggaraan SLB berimplikasi adanya labelisasi anak ‘cacat’ yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat. Orangtua tidak mau ke SLB.
  7. Melalui pendidikan inklusif akan terjadi proses edukasi kepada masyarakat agar menghargai adanya perbedaan.
b. Kontra Pendidikan Inklusif
  1. Peraturan perundangan memberikan kesempatan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus.
  2. Hasil penelitian masih menghendaki berbagai alternatif pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
  3. Banyak orangtua yang anaknya tidak ingin bersekolah di sekolah reguler.
  4. Banyak sekolah reguler yang belum siap menyelenggarakan pendidikan inklusif karena menyangkut sumberdaya yang terbatas
  5. Sekolah khusus/SLB dianggap lebih efektif karena diikuti anak yang sejenis.
  6. LIHAT KE HALAMAN ASLI

    Uswatul Fitriyah Osadi

    Instagram @pesan.us

    I'm happy, hurting and healing at the same time..

    Pro Kontra Pendidikan (Inklusi)

    Diperbarui: 2 September 2017   19:06

    Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

    Membicarakan tentang masalah Pendidikan tidak akan pernah ada habisnya, karena Pendidikan ibarat air yang akan selalu mengalir dan Pendidikan akan selalu memberikan ilmu pembelajaran yang baru, baru dan terbaru (update). 

    Di dalam dunia Pendidikan juga tidak luput dari adanya pro dan kontra, semacam adanya perubahan kurikulum yang semula menggunakan KTSP hingga perubahan Kurikulum 2013, hingga sekarang Kurikulum 2013 masih belum menemukan titik teranganya karena masih ada beberapa sekolah yang belum sanggup untuk menerapkan Kurikulum 2013. Perubahan Meteri dan kebijakan juga menjadi salah satu pro dan kontra dari Pendidikan itu sendiri. Masalah baru-baru ini dari Pendidikan adalah penerapan Full Day School.

    Masih dalam membicarakan dunia Pendidikan, banyak sekali istilah-istilah dalam dunia Pendidikan, salah satunya adalah Pendidikan Inklusi. Pendidikan Inklusi adalah pendidikan yang menyatukan perbedaan, sisitem pendidikan untuk memberikan dukungan penuh terhadap siswa khusus atau siswa normal agar memiliki hak dan perlakuan yang sama. Adanya Pendidikan inklusi dikarenakan untuk memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 32 ayat 1 yang berbunyi, "Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan", dan ayat 2 yang berbunyi, "setiap warga Negara wajib mengikuti Pendidikan Dasar dan pemerintah wajib membiayainya". UU nomor 20 tahun 2003 tentang SPN, khususnya pasal 5 ayat 1 yang berbunyi, "Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh Pendidikan yang bermutu". UU nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, khususnya pasal 51 yang berbunyi, "Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa".

    Pendidikan Inklusi bertujuan agar anak-anak yang berkebutuhan khusus dapat bersekolah di sekolah reguler, dan dapat hidup seperti anak-anak normal lainnya, memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus dapat belajar dan bersosialisasi dengan teman sebaya mereka tanpa ada halangan. Pendidikan inklusi juga menerapkan nilai sosial yang tinggi agar anak-anak yang berkebutuhan khusus tidak lagi dikucilkan atau dihindari dan menghilangkan stigma bahwa anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak cacat. Anak-anak yang berkebutuhan khusus pada dasarnya juga memiliki banyak potensi yang bisa digali dari mereka, sudah terbukti ada banyak sekali motivator dunia yang lahir dari anak-anak khusus, seperti : Helen Keller dan Nick Vujicic.

    Pendidikan Inklusi juga memiliki beberapa pro dan kontra yang manjadi masalah sehingga timbulnya Pendidikan Inklusi yang Moderat atau keluar dari pro dan kontra tersebut,yaitu :

  7. LIHAT KE HALAMAN ASLI

    Uswatul Fitriyah Osadi

    Instagram @pesan.us

    I'm happy, hurting and healing at the same time..

    Pro Kontra Pendidikan (Inklusi)

    Diperbarui: 2 September 2017   19:06

    Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

    Membicarakan tentang masalah Pendidikan tidak akan pernah ada habisnya, karena Pendidikan ibarat air yang akan selalu mengalir dan Pendidikan akan selalu memberikan ilmu pembelajaran yang baru, baru dan terbaru (update). 

    Di dalam dunia Pendidikan juga tidak luput dari adanya pro dan kontra, semacam adanya perubahan kurikulum yang semula menggunakan KTSP hingga perubahan Kurikulum 2013, hingga sekarang Kurikulum 2013 masih belum menemukan titik teranganya karena masih ada beberapa sekolah yang belum sanggup untuk menerapkan Kurikulum 2013. Perubahan Meteri dan kebijakan juga menjadi salah satu pro dan kontra dari Pendidikan itu sendiri. Masalah baru-baru ini dari Pendidikan adalah penerapan Full Day School.

    Masih dalam membicarakan dunia Pendidikan, banyak sekali istilah-istilah dalam dunia Pendidikan, salah satunya adalah Pendidikan Inklusi. Pendidikan Inklusi adalah pendidikan yang menyatukan perbedaan, sisitem pendidikan untuk memberikan dukungan penuh terhadap siswa khusus atau siswa normal agar memiliki hak dan perlakuan yang sama. Adanya Pendidikan inklusi dikarenakan untuk memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 32 ayat 1 yang berbunyi, "Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan", dan ayat 2 yang berbunyi, "setiap warga Negara wajib mengikuti Pendidikan Dasar dan pemerintah wajib membiayainya". UU nomor 20 tahun 2003 tentang SPN, khususnya pasal 5 ayat 1 yang berbunyi, "Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh Pendidikan yang bermutu". UU nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, khususnya pasal 51 yang berbunyi, "Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa".

    Pendidikan Inklusi bertujuan agar anak-anak yang berkebutuhan khusus dapat bersekolah di sekolah reguler, dan dapat hidup seperti anak-anak normal lainnya, memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus dapat belajar dan bersosialisasi dengan teman sebaya mereka tanpa ada halangan. Pendidikan inklusi juga menerapkan nilai sosial yang tinggi agar anak-anak yang berkebutuhan khusus tidak lagi dikucilkan atau dihindari dan menghilangkan stigma bahwa anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak cacat. Anak-anak yang berkebutuhan khusus pada dasarnya juga memiliki banyak potensi yang bisa digali dari mereka, sudah terbukti ada banyak sekali motivator dunia yang lahir dari anak-anak khusus, seperti : Helen Keller dan Nick Vujicic.

    Pendidikan Inklusi juga memiliki beberapa pro dan kontra yang manjadi masalah sehingga timbulnya Pendidikan Inklusi yang Moderat atau keluar dari pro dan kontra tersebut, yaitu :

    Pro Pendidikan Inklusif

    1. Belum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus.

    2. Biaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal dibanding dengan sekolah reguler.

    3. Banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah di SLB karena jauh dan/atau biaya yang tidak terjangkau.

    4. Banyak bukti disekolah reguler terdapat anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapat layanan yang sesuai.

  8. By.(RIFQI AL~IMRON)

Komentar

Postingan Populer